Bukit yang Hilang

Aku ke bukit dandeleon beberapa waktu yang lalu
Tapi semuanya telah berubah
Aku memakai dress Jrep berwarna biru tua unsur alam berlapis tshirt putih diluarnya
Sepatu boots berwarna abu2 cocok untuk melewati jalan yang sudah tidak sebagus dulu itu
Aku memarkir Yui ditempat biasa rumah kosong tempatku merenung dulu diwaktu-waktu yang tidak pernah dia capai dan ketahui
Saat aku membalikkan badanku hatiku serasa hancur, lukaku semakin dalam
dihari yang panas itu aku menangis sejadi jadinya di depan satu akar bunga dandeleon yang tersisa ini
"semuanya telah hilang isakku keras, semua telah habis, tidak ada yang tersisa, semua telah rata dengan tanah, hanya aku, dandeleon ini aku, hanya aku yang masih tersisa, hanya aku yang masih mengingat, aku yang masih terperangkap, aku masih mengingat semuanya, menyembunyikan semuanya dalam kalbuku yang terdalam, tidak seorangpun tahu apa yang kurasakan tidak kamu, mereka, ataupun dia, aku menangis cukup lama, teriak sampai semua pekerja itu melihat, aku tidak pernah perduli dengan nasehat dan perkataan siapapun sekarang, jangan ganggu aku pikirku dalam hati, suasana itu masih sangat kuingat, tidak tahu seberapa lama aku berada disana dan seberapa banyak air mata ini membasahi wajah bahkan semua yang kukenakan, yang kutahu hari itu aku hanya menangis, menangis dalam kesedihan, luka yang begitu dalam, yang bahkan tidak sanggup aku fikirkan apalagi orang bayangkan, aku hanya menangis, menangis dalam perih, aku berteriak, Yui tidak ingin tinggal disini Tuhan, bawa Yuli pergi Tuhan, tidak ingin disini lagi melewati semua tempat yang pernah Yuli lewati, Yuli sudah tidak punya tenaga atau apapun yang tersisa, hanya ingatan ini, dan sekarang sampai sekarang masih Yuli sembunyikan dari siapapun dari apapun, Tolong Yuli Tuhan, aku terus menagis berteriak, semua sudah habis, kataku. semuanya sudah berbeda, hanya aku, hanya aku yang tertinggal seoerti dandeleon yang tersisa ini. Aku pergi berlumuran lumpur dan basah sekujur tubuh dihari panas yang terik, aku melewati makam mbah, tempat mainku sedari kecil, aku menyusuri sungai, dan sampai disuatu tempat dipinggiran sungai, aku duduk hanya melihat kapal itu lalu lalang, aku menghisap 3 batang rokok putih, full tembako adalah kegemaranku sekarang, aku menghisapnya masih juga dengan tangis, itu yang kulakukan tanpa sepengetahuan siapapun sekarang, jati diri yang kusembunyikan dan akan terus seperti itu entah sampai kapan, aku berjalan diwaktu malam, melihat dan tersenyum, duduk, dan minum minuman pekat sambil bekerja, aku mulai terbiasa dan menyukainya, dua hari sekali aku akan makan itupun jika lapar, jika tidak aku hanya minum dan menelan sayur mentah, ya hidupku seperti ini sekarang, lebih liberal dan aku mulai terbiasa, mama lelah memberiku obat karena aku selalu pulang larut, jam 1 atau 2 dengan alasan pekerjaan, aku tidak berbohong itu memang benar, aku melukis dan mengerjakan semuanya dikala malam dan menjadi seseorang yang tak kukenal dikala siang, aku menghisap beberapa puntung rokok jika aku menginginkannya, hidup seperti ini tidak pernah terbesit difikiranku dulu, tapi semua luka itu telah merubah kamu ataupun aku".

Komentar

Postingan Populer