Sadarkah Luka?

Menghabiskan waktu di hotel Grand Sawit lumayan menguras tenaga dan otak
Tapi aku cukup menyukainya karena bebas berjalan kemanapun sepanjang malam
Pulang larut tidak menjadi masalah karena aku tidak tinggal dalam masyarakat yang selalu berfikir bahwa wanita yang pulang larut adalah wanita murahan
Disaat terakhir aku benar-benar marah dan emosi hingga ngebut pada pukul 03.00 dinihari aku melaju dengan Yui seperti setan, hatiku benar-benar sakit. sakit dan aku pernah mengalami ini sekali dulu. Aku berteriak, emosiku benar-benar tumpah. tak kulihat lagi jalanan yang membentang penuh bebatuan di arah depan. tak kulihat lagi kubangan yang sangat dalam. Aku melaju dengan Yui hingga ia susah dikendalikan. Aku pasrah dan aku terjatuh, terpelanting, hingga tertindis motor. Sakitpun tak kurasakan, dihari berhujan minggu dinihari aku kecelakaan. Kaki kanan penuh lebam dan beberapa luka, lutut kiri pergelangan kaki dan juga punggung serta kepala bagian belakang, sekujur tubuh basah penuh lumpur, tidak ada orang disana, sangat sunyi sangat pagi itu terlalu sepi, lalu sedikit rintik hujan jatuh dari langit, aku terus memandang ke atas langit menutup mataku dengan telapak tangan yang penuh lumpur sembari tertawa. Ini bahkan tidak sesakit seperti hidup yang kujalani. Lalu beberapa waktu kemudian beberapa pemuda melihat dan menolongku, bertanya aku tinggal dimana dan beberapa pertanyaan lain untuk sekedar berbaik hati menolongku, aku hanya tertawa hingga membuat mereka heran, aku berbohong dan aku bilang aku turis yang menginap di hotel untuk beberapa hari, mereka mempercayai itu karena melihat sendal yang kukenakan. Lalu aku berlalu pergi dari mereka dalam keadaan luka.

Komentar

Postingan Populer