Ijinkan Aku Bercerita Disini

Aku berbicara dengan seorang psikologh seminggu terakhir tepat pada pukul 02.00 malam hingga dini hari. Aku bertanya banyak hal padanya secara tersirat, kelihatannya dia mengerti sedikit maksudku. Walau begitu dia tidak benar-benar membantuku karena aku tidak membayarnya, dan aku juga tidak membantu diriku sendiri karena aku tidak percaya kepadanya. Aku meminta obat kali terakhir berbicara padanya, dan dia berfikir bahwa aku benar-benar sudah gila dengan tidak menaggapi itu, aku tersenyum dalam tangis. Satu2nya orang yang aku percaya dan nyaman ketika berbicara adalah satu2nya orang selalu kuperbincangkan dan selalu ada di benakku sekaligus satu2nya orang yang tidak boleh lagi kuganggu kehidupannya, semua orang memohon kepadaku bahkan iapun meminta hal yang sama kala terakhir melihatnya karena dalam benaknya hanya rasa sakit yang ia ingat dariku, orang yang tidak ditakdirkan untuk saling mengingat, melihat, mendengar, berbicara, bahkan hidup bersama. Berkali-kali kutahan keinginanku untuk hanya sekedar berbicara atau menatap walaupun hanya dari kejauhan. Aku mencarinya dalam ketidaktahuan walaupun pada akhirnya selalu tersesat di jalan yang tidak kuketahui. Ketika mentari akhirnya menghilang dari peredaran, ingatan itu menjadi semakin buruk dan sangat menakutkan. Tidak ada yang bisa membantuku, aku harus meringkuk kesakitan di atas tempat tidur, membuka kaca jendela kamar hingga pagi hari..menatap keluar untuk melihat sesosok bayangan yang tak kan pernah kulihat. Percaya atau tidak aku adalah anak indigo dulu, setiap mimpiku benar2 menjadi kenyataan, aku sudah lama melupakannya, dulu karna takut aku menguburnya dalam-dalam. Aku benci mimpi, mimpi baik sekalipun dan tidak ingin bermimpi lagi seumur hidupku. Lalu aku berdoa pada Tuhan, dan aku benar2 tidak pernah bermimpi lagi sejak usia 9 tahun, namun akhir2 ini malam menjadi sangat menakutkan, aku harus bercerita kepada siapa...aku tidak punya satupun orang yang kupercaya..malam menjadi saat yang sangat kubenci. Mimpiku selalu menjadi nyata, ini sudah kulupakan lama sekali, tapi akhir2 ini mereka datang lagi, mimpi2 itu. Aku tidak berharap mimpi bersambung itu menjadi nyata, tentang aku tidak lagi menemukan rumahku dan keluargaku walaupun aku berada di rumah yang sama...mereka tidak pernah ada, mereka tidak pernah tinggal disana, orang yang berada dalam rumah itu mengatakan aku telah salah zaman, apakah aku meninggalkan mereka atau mereka yang meninggalkan aku, atau memang aku tidak pernah ada di zaman yang sama dengan mereka dan aku hanya sendiri di keluarga ini, atau aku tidak pernah punya keluarga, aku tidak salah jalan aku ingin ada yang mengatakan itu, tapi kenyataannya aku memang bayi yang tidak diinginkan untuk lahir kedunia. Keinginanku belum mati walaupun hanya tersisa 1 %. Aku terus memohon hingga sekarang..lalu aku membaca bukunya, dan aku berfikir aku tidak perlu memohon untuk menjalani hidup yang kuinginkan. Aku mulai melukis sedikit demi sedikit, sangat susah dan agak kaku, aku menuliskan pesan disampingnya, "Ketika seribu lukisanku telah jadi, aku akan mengundangmu dalam pameran pertamaku". Malam tiga minggu yang lalu aku mendapat mimpi tentang teman sekerja yang baik hati dan sedang mengandung, dalam mimpiku aku dia dan beberapa teman lain berada dilapangan tempat anak-anak biasa bermain, disana dia terjatuh kesakitan menggeliat-geliat seperti keracunan sesuatu yang sangat dahsyat, aku tak tega dan tak kuasa, aku ingin datang menolong tapi ternyata tidak bisa, aku ternyata tidak disana, akulah yang menciptakan mimpi itu akulah yang melihat semua orang yang ada dalam mimpi itu, aku si pembuat mimpi. Aku berteriak menangis perasaanku campur aduk, "tolong ustadzah...tolong ustadzah", kataku. lama sekali hingga akhirnya ia pingsan, lalu di akhir kesakitannya itu aku tidak lagi meluhat janin di perutnya, perut yang tadinya berisi janin hilang seketika seperti ketika ustadzah tidak pernah mengandung. Aku terbangun dari mimpi dan ketakutan hingga menangis, aku berdoa pada Tuhan agar itu tidak terjadi, aku menangis sambil berdoa, aku mengatakan pada diriku sendiri teganya aku memimpikan ustadzah...lalu mimpi itupun menjadi nyata rabu minggu lalu, ustadzah menangis di pembaringan rumah sakit karena kehilangan bayinya yang sudah berusia 8 bulan. Aku hanya berani melihatnya dari pintu yang jaraknya jauh dari tempatnya bersandar, lalu aku berlalu pergi. Apa yang harus aku lakukan, aku harus menceritakan ketiga mimpiku ini sebelum mimpi tentang diriku sendiri itu terjadi...aku tidak tahu kapan aku akan memakainya dan kapan aku akan berada di bawah pohon besar itu sembari tersenyum dengan seseorang yang menarik kursi rodaku. Aku terus menghindari fisioteraphi dokter, aku sudah mencoba terapi di atas matras 10 juta milik keluarga..tapi aku tidak juga membaik, semakin lama semakin susah duduk bahkan tidur sekalipun ditambah dengan nyeri dan keram tiba2 di berbagai persendian, asam uratku di bawah rata-rata kala pemeriksaan terakhir menunjukkan angka 2,2. walaupun aku sudah menjaga makanku, itu sepertinya tidak begitu berpengaruh, namun aku tetap ceria menjalani kehidupanku dikala siang dan menjadi menakutkan jika malam tiba, aku kesepian, mungkin karena pikranku jugalah yang menyebabkan hal ini..aku berharap aku bisa bercerita kepada seseorang, atau minimal jika aku bercerita disini itu tidak akan terjadi. Ijinkan aku bercerita disini, aku sudah cukup menahannya, ijinkan aku bercerita disini, aku sangat ketakutan.

Komentar

Postingan Populer