Putih dan Hitam



Sekarang aku sangat senang memakai baju hanya dengan dua warna yaitu putih dan hitam
Entahlah, aku tidak lagi menyukai warna lain. Tanda bahwa hatikupun seperti itu
Bayangkan jika kedua warna itu menjadi satu di atas kanvas, maka warnanya pun menjadi keabu-abuan kabur, buram, penuh misteri banyak yang tersembunyi, sulit diartikan dengan kata
Sangat sukar dibedakan dan dipisahkan, pakaian ini akan terus kukenakan seumur hidup selagi aku masih memiliki semua ingatan akan masa lalu, Aku tidak akan memakai warna lain jika keluar dari rumah
Aku akan memakai putih dan juga hitam, hanya putih dan hitam.
Melihat seorang teman yang menuntut haknya karena sebuah penganiayaan dari rekan sejawat bahkan hampir melibatkan pihak bewajib, karena sakit hati dan dendam berkepanjangan, aku melihatnya dari kejauhan, aku menolongnya dikala itu, membawanya keliling semalaman, kami menangis bersama, tertawa bersama, dan makan di pinggir jalan bersama, nasi kucing lauk kepala ayam, kami sudah sangat senang, kami meratapi nasib bersama, dan berfikir kami salah apa hingga berada dalam situasi itu, aku mengajaknya ngebut, aku menangis, dan dia mengelus punggungku dari belakang, maksud agar aku bersabar karena beberapa detik lagi aku Yui dan dia akan menabrak sebuah mobil ranger. Aku sadar kami bukanlah teman dekat dan tidak akan pernah bisa menjadi dekat karena kami sangat berbeda sifat dan bertolakbelakang, tapi setidaknya ada waktu dimana kami bisa akur. Aku sangat memuji keberaniannya. Aku pernah mengalami hal yang serupa, pemukulan, penganiayaan, bahkan apa yang ia alami lebih baik dari yang aku alami, bayangkan jika kamu mengalami hal demikian dari seseorang yang menganggapmu berarti dan kamu anggap berarti dikala itu. Entah bodoh atau pura-pura bodoh dikala itu, yang kuingat hanyalah itu pantas aku dapatkan, aku berharap yang kali kedua sudah cukup menebus rasa sakitnya karena aku mencoba menentang jiwaku demi keluarga dan karena rasa bersalahku pada Tuhan, tapi sepertinya itu belumlah cukup, kali ketiga ditempat umum, taukah dia mentalku sudah roboh, aku sakit, aku sudah tidak sanggup dikala itu mendengar semua gunjingan orang, taukah dia aku mengobati lukaku selama dua bulan, taukah dia sekujur badanku lebam dan biru-biru, taukah dia itu mempengaruhi tulang belakangku dan kakiku sekarang, tidak dia tidak perlu tahu dikala itu, sekarangpun sebenarnya tidak, dia tidak perlu tahu, aku pikir aku diam itu sudah cukup, itu sudah cukup untuk menebus semuanya, malam itu semuanya seperti flashback kembali, aku tahu aku akan mempunyai ingatan ini seumur hidupku, aku tahu itu dan aku menerima semua konsekuansinya, taukah ia bahwa sedikitpun aku tidak bisa membencinya, sedikitpun, dia tidak tahu rasanya, dia tidak pernah melihat luka itu mental dan tubuhku sudah hancur, aku tidak mengatakan pada siapapun, aku tidak mengeluh pada siapapun, seorang teman melihat, dan gosip itu menyebar, aku tetap diam, diam dalam bisu, keluargaku tidak boleh tahu, karena bagiku itu cukup menjadi tanggungjawabku, aku terus menoleh ke depan walau bagian dari diriku tetap masih ada yang menoleh ke belakang, dia masih juga merongrongku dari berbagai media, itu belumlah cukup baginya, dia tidaklah bodoh, dia sangat tahu media mana yang pernah aku ajarkan bahkan aku ciptakan untuk dirinya, dia tidaklah bodoh dan aku sangat paham maksudnya, bertahun-tahun dengannya, bagaimana mungkin tidak saling memahami, bagaimana mungkin tidak saling merasa, lagi-lagi aku hanya diam, dan aku tetap menganggap itu yang pantas aku terima, tapi cukup semuanya sudah cukup, aku berani bertaruh rasa sakitmu sudah tertebus dengan apa yang kualami, jadi sudah cukup, sudah cukup, aku tetap akan mendoakan yang paling baik, dan terbaik, aku akan terus seperti itu karena walau dipaksa berfikir buruk aku tetap tidak bisa, bagian dari diriku tidak menginginkannya, suatu saat Allah pasti mengabulkan doaku yang terbaik dan paling baik buat dirinya, ya suatu saat, dan aku percaya, saat itu dia akan lihat tangis bahagia dari raut wajahku. aku akan terus berdoa yang terbaik dan paling baik. Malam itu cukup untukku Yui dan temanku menikmati kegilaan bersama di jalanan, aku senang bisa sedikit membantunya, suatu saat aku ingin seseorangpun ada buatku jika hal itu terjadi setidaknya aku akan berterimakasih. Kisah hidup kami yang hitam kelam maupun putih suci harus tetap diterima dan dijalani, aku tidak pernah menyesalinya. Franky menemaniku menulis ini semalam, aku dan Franky berdansa dengan diiringi lagu Taylor Swift berjudul 22. Terimakasih Franky

Komentar

Postingan Populer